BI Diperkirakan Tahan Suku Bunga di 5,75% di Tengah Ketidakpastian Global

Jakarta, 19 Maret 2025 – Bank Indonesia (BI) diprediksi akan tetap mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di level 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar hari ini. Keputusan tersebut didasarkan pada tingginya ketidakpastian global serta dinamika pasar keuangan yang masih fluktuatif.

Dampak Ketidakpastian Global terhadap Kebijakan BI

Kepala Ekonom PermataBank, Josua Pardede, menyampaikan bahwa meskipun inflasi di Amerika Serikat menunjukkan tren penurunan, ketegangan perang dagang yang meningkat dapat kembali mendorong inflasi. Hal ini berpotensi membuat The Fed tetap mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama, yang pada akhirnya dapat memicu arus modal keluar (capital outflow) dan memengaruhi stabilitas rupiah.

Di sisi lain, Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2025 dan 2026 menjadi masing-masing 4,9% dan 5,0%, lebih rendah dari estimasi sebelumnya sebesar 5,2% dan 5,1%. Hal ini turut menambah tekanan pada perekonomian domestik.

IHSG Mengalami Koreksi

Pasar saham turut mencerminkan ketidakpastian ini. Pada perdagangan Selasa (18/3/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 3,84% atau turun 250 poin ke posisi 6.223. Bahkan, IHSG sempat merosot lebih dari 5%, sehingga Bursa Efek Indonesia (BEI) harus melakukan penghentian sementara perdagangan (trading halt). Sektor teknologi menjadi yang paling terdampak dengan penurunan sebesar 9,77%, disusul oleh sektor material dasar (-5,99%), energi (-3,43%), dan keuangan (-1,98%).

Prediksi Pasar dan Sikap BI

Berdasarkan konsensus pasar yang dikumpulkan oleh Bloomberg, mayoritas analis memprediksi BI akan tetap menahan suku bunga di 5,75%. Namun, sekitar 29,73% ekonom memperkirakan kemungkinan pemangkasan sebesar 25 basis poin menjadi 5,5%. Ekonom Bahana Sekuritas, Putera Satria Sambijantoro, menilai bahwa ketidakpastian terkait kebijakan BI telah mempengaruhi keputusan investor, yang berkontribusi pada pelemahan IHSG.

Sementara itu, menurut Ekonom LPEM FEB UI, Teuku Riefky, BI sebaiknya tetap mempertahankan suku bunga untuk menjaga stabilitas ekonomi. Ia menyoroti inflasi domestik yang masih rendah, dengan data Februari mencatat deflasi 0,09% year-on-year (yoy), yang merupakan deflasi tahunan pertama sejak tahun 2000. Meski ada potensi kenaikan inflasi akibat Ramadan dan Idul Fitri, lonjakan ini diperkirakan hanya bersifat sementara.

Dari sisi nilai tukar, rupiah masih mengalami tekanan dan menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di antara negara-negara emerging markets. Jika BI memangkas suku bunga, tekanan terhadap rupiah bisa semakin besar, terutama mengingat The Fed kemungkinan besar tetap mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 4,25-4,5%. (sty adm)

Sumber :

https://bisnis.espos.id/rdg-bi-diprediksi-masih-pertahankan-bi-rate-pada-level-575-2073623

https://www.bloombergtechnoz.com/detail-news/66158/bi-rate-diramal-tetap-5-75-tapi-30-analis-bilang-bisa-turun/2

idei
admin

Tinggalkan Balasan