Pertumbuhan Ekonomi 2021 Diprediksi Cuma 3 Persen

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memprediksi ekonomi RI bertumbuh di kisaran 3 persen pada 2021 mendatang. Prediksi ini jauh lebih rendah dari proyeksi pertumbuhan ekonomi pemerintah di level 4,5 persen-5,5 persen.
Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad menyebut masih lemahnya daya konsumsi masyarakat kelas menengah menjadi faktor utama pertumbuhan ekonomi lebih lambat dari normal, yakni 5 persen.

Pasalnya, konsumsi menyumbang sekitar 56 persen-57 persen dari pertumbuhan ekonomi. Sehingga jika konsumsi belum pulih, maka nasib sama juga terjadi pada pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).
“Faktor utamanya karena covid-19, ini tetap menahan belanja kelas menengah dan karena covid-19 masih menghantui kelas menengah untuk melakukan konsumsi,” katanya dalam diskusi daring Proyeksi Ekonomi Indonesia 2021: Jalan Terjal Pemulihan Ekonomi, Senin (23/11).

Selain itu, ia bilang faktor lainnya yang menahan laju pertumbuhan ekonomi, yaitu tidak efektifnya penyerapan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Data Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan menunjukkan, per 18 November 2020, realisasi baru mencapai Rp408,61 triliun dari total pagu Rp695,2 triliun atau 58,7 persen.

Meski program PEN digadang-gadang sebagai penyelamat dampak pandemi, namun karena penyaluran tidak maksimal, Tauhid menilai imbasnya terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi pun tak terhindarkan.

Apalagi, dengan postur APBN 2021 yang tak mencerminkan pemulihan ekonomi dengan mengurangi bantuan perlindungan sosial hampir separuhnya.

“Ini (APBN) bukan struktur pemulihan tapi pencapaian visi misi Pak Presiden, jadi memang agak berat. Harusnya ada proses penyeimbangan dari visi misi dan proses pemulihan ekonomi. Struktur anggaran tidak mencerminkan pemulihan ekonomi,” jelasnya.

Faktor lainnya berasal dari proyeksi laju kredit perbankan yang berkisar di antara 5 persen sampai 6 persen, sedangkan normalnya di level 9-11 persen.

Ini menunjukkan belum normalnya permintaan kredit. “Kredit ini kan ibarat darah, kalau kita berlari tapi darahnya hanya setengah dari kapasitas normal ini artinya permintaan belum normal,” imbuhnya.

Lalu, juga terbatasnya stok vaksin covid-19. Meski vaksin direncanakan menyasar hampir 70 persen dari populasi, namun proses distribusi dan vaksinasi akan memerlukan waktu.

Sehingga, selama proses tersebut, maka pembatasan aktivitas dan protokol kesehatan akan masih berlanjut.

“Estimasi kuartal kedua 2021 (vaksin) baru berjalan dan distribusi relatif terbatas, dengan asumsi ini akan menghambat pemulihan ekonomi karena aktivitas fisik sangat terganggu baik perdagangan, sektor produksi, maupun implikasi ke sektor jasa terutama pariwisata,” pungkasnya.

Sumber : CNN Indonesia

idei
admin

Tinggalkan Balasan