Membangun Brand di Era Medsos

Sumber Foto : dailyherald.com

Apakah brand itu? Apa penting sebuah brand atau merek atau jenama? Berikut definisi unik tentang brand yang diungkapkan oleh pendiri dan CEO Amazon.

“Brand adalah apa yang dikatakan tentangmu saat kamu tidak ada di ruangan itu,” kata Jeff Bezos.  Sebagaimana diketahui, Amazon.com. Inc adalah salah satu perusahaan teknologi big four di Amerika yang bergerak di e-commerse, komputasi cloud, streaming digital, dan kecerdasan buatan.

Ini artinya brand adalah penilaian yang relatif objektif dari seseorang terhadap diri kita (atau merek kita). Penilaian yang bebas dari tendensi dan basa-basi, karena kita tidak sedang di depan mereka. Kalau dia bilang brand kita baik berarti memang baiklah adanya, begitu juga sebaliknya.

Ya brand merupakan akumulasi citra positif yang terbangun sedikit demi sedikit dari  kerja keras, komitmen, hingga publisitas yang berkelanjutan. Lalu brand menjelma sebuah jaminan mutu, trust, bahkan sebuah kebanggaan bagi user dan konsumennya.

“Maka dari itu pebisnis pemula, harus mulai merintis dan memperkuat brand secara serius untuk mendapatkan kesuksesan,” kata Nur Iswahyudi, owner Vista Studio, dalam webinar yang diadakan Dinas Pendidikan Jatim dengan tema Membangun Karier dan Marketplace, Sabtu (26/6) siang

Selain itu disarankan agar pebisnis mau meningkatkan portofolionya. Di era medsos sekarang ini protofolio bisa dibangun melalui layanan digital antara lain melalui facebook, instragram, tiktok, maupun youtube.

Kini di era digital dapat memanfaatkan marketplace sebagai sarana menjual dagangan maupun jasanya. Sejumlah keuntungan dari marketplace adalah jangkauannya luas, transaksi terpercaya, pengiriman terintegrasi, dan mendapat review konsumen.

Tetapi ada kekurangannya yaitu di sana pasti terjadi perang harga. Bahkan etika berjualannya sudah cenderung tidak sehat. Misalnya calon pembeli sudah masuk di toko online kita. Dia  berminat membeli barang kita seharga satu juta rupiah. Tahu-tahu ada pedagang sebelah nyelonong masuk ke toko kita dan membujuk konsumen itu untuk membeli dagangannya dengan iming-iming harga 800 ribu.

“Ini kalau terjadi di toko offline kan membuat orang jadi berantem,” katanya. (*) (IDEI-Adm)

idei
admin

Tinggalkan Balasan