Menteri PUPR: Kita Harus Keras Agar Produk Lokal Bisa Maju

Foto : Dokumen Admin IDEI

Proyek-proyek infrastruktur nasional harus mengutamakan barang-barang produk dalam negeri. Hal itu ditegaskan kembali oleh Menteri Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Dr. Ir. M. Basuki Hadimuljono, M.Sc.

Demi pengembangan industri konstruksi, Indonesia perlu mengadopsi teknologi terkini pada proyek-proyek nasional, termasuk mendorong capaian tingkat komponen dalam negeri (TKDN) pada material dan peralatan konstruksi (software dan hardware).

“Kalau ada proyek jembatan, lalu LRB (lead rubber bearings-pen), karet bantalan jembatannya, masih memakai produk impor, akan saya bongkar. Karena kita sudah mampu bikin LRB sendiri,” kata Menteri Basuki saat menjadi keynote speaker dalam acara Forum Ilmiah Nasional Teknolog (Fintek) I 2021 yang diselenggarakan Dewan Pengurus Provinsi Ikatan Nasional Tenaga Ahli Konsultan Indonesia (DPP INTAKINDO) Jawa Timur secara daring, Sabtu (31/7) siang.

Menurutnya, sudah saatnya kita menggunakan produk dalam negeri untuk proyek infrastruktur. Andaikata produk lokal benar-benar tidak ada, maka minimal bahan baku untuk pembuatan produk tersebut harus berasal dari Indonesia. Dengan demikian negara kita tidak hanya menjadi pasar saja bagi negara asing.  Kita harus berani memproduksi dan percaya dengan produk karya anak negeri.

Memang ada yang beralasan bahwa produk impor lebih tahan lama, bisa berumur 20 tahun, sedangkan produk lokal hanya bertahan 10 tahun. Tetapi Kemen-PUPR sejauh mungkin akan tetap memanfaatkan produk lokal, sebab membandingkan produk lokal dengan produk asing adalah hal yang tidak fair.

“Ada yang bilang mutu LRB kita belum pernah dites, Pak. Saya jawab, bagaimana bisa dites kalau kita tidak  membeli? Maka putusan saya, pakai produk dalam negeri. Kalau ada yang pakai impor saya bongkar. Kita harus keras agar produk kita maju. Termasuk produk hasil peneliti-peneliti kita harus dipakai. Percuma meneliti kalau produknya tidak dipakai,” katanya.

Semangat mendorong produk dalam negeri ini juga ditunjukkan Kemen-PUPR dengan meminta  PT Pindad Malang untuk memproduksi alat-alat berat untuk proyek infrastruktur. Kalau membuat tank saja bisa, maka membuat ekskavator  pasti bisa.

“Saya paksa bikin, ternyata bisa. Dan saya konsekuen, setiap tahun PU beli ekskavator buatan Pindad. Beli  sepuluh, dua puluh, lima puluh buah. Jadi sebenarnya kita ini mampu, kita punya banyak ahlinya,  hanya kadang policynya saja yang mungkin kurang konsisten,” katanya menyimpulkan.

Acara webinar Fintek I 2021 ini merupakan upaya DPP INTAKINDO dalam menyinergikan potensi praktisi dengan potensi akademisi, terutama yang gayut dengan bidang jasa konsultansi konstruksi maupun nonkonstruksi.

Kegiatan seri pertama ini bertema Strategi Peningkatan Daya Saing Tenaga Ahli di Era Teknologi dan Perubahan Lingkungan Global. Diikuti oleh 48 pemakalah, 160 orang peserta aktif, termasuk undangan dari 31 DPP di seluruh Indonesia. (admin IDEI)

idei
admin

Tinggalkan Balasan