Masa depan ekonomi Indonesia pasca pandemi Covid-19 sangatlah kompetitif. Hal ini antara lain dapat dilihat dari indikator besarana pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia yang masuk dalam 10 besar negara di dunia. Selain itu terjadinya shifting pola perilaku masyarakat, terutama anak muda generasi milenial dan generasi Z dalam berjuang dan membela negara untuk memajukan ekonomi Indonesia.
Gambaran optimisme tersebut mengemuka dalam seminar nasional bertema Bangkitnya Kaum Milenial dalam Gerakan Bela Negara pada Era Pascapandemi. Dilaksanakan secara live webinar pada Rabu (27/10) siang. Acara ini merupakan kerja sama organisasi Gerakan Bela Negara (GBN) Jawa Timur dengan Dinas Pendidikan jawa Timur.
Seminar ini diisi keynote speaker Brigjen TNI Purn. H. Poernomo dan narasumber Prof. Dr. Moeldjadi, Ir. Chaerul Djaelani, MMT, Dr. Hary Soegiri, MBA, MSI, Dr.Ir. Jamhadi, MBA, Drs. Tjahyo Widodo, S.H.,M. Hum., Dr. Ir. Wahid Wahyudi, M.T. Tampil sebagai pembahas Dr. Harun, M.M., MSI, Dr. Edi Purnarto, MSI, Dr. Akmal Budianto, M.H., Dr. Ir. Hitapriya, M.T., Dra. Tutut Herawati, M.M., Kombes pol purn. Dra. Pudji Astusti, M.M., Prof.Dr. drg. Ida Aju Brahmasari, Dipl., Dhe., MPA., Dr. Ir. Zainal Abidin, M.S.
Dalam forum tersebut dibahas beberapa hal penting yakni bela negara bagi kaum muda dan milenial serta bergesernya perilaku mereka yang cenderung kepada GIG ekonomi.
Ketua Dinas Pendidikan Jawa Timur, Dr. Ir. Wahid Wahyudi., M.T., saat membuka acara mengatakan, setiap warga negara melakukan bela negara dengan bentuk yang sangat beragam. Dalam tema kali ini akan dibahas suatu bela negara pada era pascapandemi. Terutama kaum milenial dalam membangkitkan ekonomi.
Keynote speaker Brigjen TNI Purn. H. Poernomo selaku ketua DPP GBN Jatim mengatakan, setiap warga negara wajib bela negara, terutama anak muda. Jika dilihat dari sejarah, perjuangan bangsa Indonesia tidaklah hanya terjadi pada tahun 1945, sebelumnya juga sudah ada misalnya gerakan sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sebuah tekad anak muda dalam berjuang dalam kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Lalu bagaimana dengan gerakan bela negara saat ini, khususnya di era pascapandemi? “Seperti yang kita lihat saat ini, kaum muda lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan teknologi yang sangat pesat. Dengan memanfaatkan teknologi banyak anak muda mampu berkreasi dan mengekspose budaya lokal,” katanya.
Menurut Poernomo, hal ini merupakan bentuk positif bela negara kaum muda zaman sekarang. Salah satu contohnya adalah munculnya kampung Youtuber di Bondowoso yang mengangkat budaya lokal dan bermunculannya pekerja freelance dan model ekonomi gig. Telah terjadi pergeseran minat dalam bekerja. Anak milenial mulai enggan bekerja kantoran atau bekerja terikat di pabrik, mereka suka menjadi pekerja lepas dengan model kemitraan.
Senada dengan hal tersebut, Dr. Hary Soegiri, MBA, MSI, Ketua Insan Doktor Ekonomi Indonesia (IDEI), mengatakan, memang telah terjadi perubahan dunia kerja akibat revolusi industri 4.0. “Ada beberapa perubahan dalam pola bekerja. Pekerjaan yang bersifat analistis dan matematis sangatlah dibutuhkan. Kita tidak mungkin menghindari penggunaan teknologi digital. Komunikasi, kolaborasi, dan berpikir kritis juga diperlukan. Perusahaan semakin fleksibel dan mobilitas pekerjaan semakin tinggi,” katanya.
Ditambahkan, selain perubahan dunia kerja tersebut, juga terdapat sebuah fenomena GIG ekonomi. GIG ekonomi antara lain bercirikan suatu cara kerja yang didasarkan pada seseorang yang memiliki pekerjaan sementara atau perkerjaan lebih dari satu. Masing masing perkerjaan dibayar sesuai dengan kemampuannya.
Terdapat beberapa faktor yang memicu perkembangan GIG Ekonomi. Tiga di antaranya yakni jaminan kerja, gaji, dan yang paling berpengaruh ialah peluang pengembangan diri sangatlah besar.
Selain itu Hary Soegiri juga menyampaikan empat kondisi SDM Tenaga Kerja di Indonesia saat ini. Pertama, SDM belum memiliki kompetensi tambahan selain Pendidikan formal. Kedua, SDM memiliki keterampilan tetapi tidak memiliki sertfikasi kompetensi. Ketiga, pergeseran otomatisasi/digitalisasi industri mengakibatkan terjadinya pengurangan tenaga kerja. Keempat, SDM mempunyai keahlian teknis dan keahlian tertentu namun tidak sesuai lagi dengan kebutuhan industri sehingga pelunya up skilling dan re skilling.
Sementara itu narasumber Dr.Ir. Jamhadi, MBA., menyampaikan perkembangan ekonomi Indonesia pascapandemi yang lumayan membaik. Dirinya memperlihatkan beberapa poin penting. Antara lain mengenai pertumbuhan ekonomi di tahun 2021. “Jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara, kenaikan 7,07% Indonesia sudah terbilang cukup bagus,” kata Ketua Wantimbang KADIN Surabaya itu.
Menurut Jahmadi, saat ini telah terjadi pergeseran perilaku masyarakat terutama kaum muda dan milenial yang dulunya suka sekali tatap muka sekarang semuanya dilakukan secara online. “Pandemi Covid-19 sepertinya mengubah beberapa perilaku masyarakat dalam hal ekonomi dan mengakselerasi penggunaan aplikasi dan website pada platform digital,” katanya.
Pada bagian lain Jahmadi juga menyinggung potensi Indonesia dalam bisnis industri halal. Peluang bisnis halal industri dunia saat ini sangat terbuka. Potensi Indonesia sebagai pasar (muslim consumner) terbesar di dunia perlu dioptimalkan dengan cara mendorong Indonesia menjadi produsen produk halal.
“Jawa Timur sendiri sedang mempersiapkan regional ekonomi syariah terbesar di Indonesia yang akan mengintegrasikan sektor keuangan dengan sektor riil berbasiskan ekonomi rakyat,” katanya. (IDEI-adm)
Foto Kegiatan: