KTT COP28 yang berlangsung selama dua minggu akhirnya mencapai kesepakatan penting dalam upaya mengatasi perubahan iklim global. Perwakilan hampir 200 negara sepakat untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dengan harapan mengurangi dampak perubahan iklim yang semakin nyata. Kesepakatan ini, yang diumumkan oleh Presiden COP28, Sultan al-Jaber, menekankan pentingnya mengubah kata-kata menjadi tindakan konkret.
Langkah-langkah khusus yang disepakati termasuk transisi energi yang adil, teratur, dan merata dari bahan bakar fosil menuju energi baru terbarukan (EBT). Kesepakatan juga mencakup target peningkatan tiga kali lipat kapasitas energi baru terbarukan secara global pada tahun 2030 dan percepatan pengurangan penggunaan batu bara. Target ambisius dari kesepakatan ini adalah mencapai nol emisi karbon pada tahun 2050.
Menteri Iklim dan Energi Denmark, Dan Jorgensen, menyoroti ironi bahwa kesepakatan ini dihasilkan di negara penghasil minyak, Dubai, Uni Emirat Arab, yang bersedia menjauh dari penggunaan minyak dan gas. Meskipun kesepakatan diakui sebagai langkah maju, sejumlah negara Barat dan aktivis lingkungan menyampaikan kekecewaan karena menganggap rancangan awal tidak cukup ambisius, terutama dalam komitmen terkait penghentian penggunaan bahan bakar fosil.
Sementara produsen minyak berpendapat bahwa teknologi tangkap karbon dapat mengatasi dampak bahan bakar fosil, skeptisisme tetap ada terkait biaya tinggi dan keberhasilan teknologi penangkapan karbon dalam skala besar. Kesepakatan ini mencerminkan tekad global untuk menghadapi krisis iklim dengan tindakan konkret, meskipun masih ada perbedaan pandangan terkait pendekatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Sumber: CNN Indonesia
KTT COP28: 200 Negara Sepakat Kurangi Pemakaian Bahan Bakar Fosil