IDEI, 24 Juni 2025 — Ketegangan geopolitik di Timur Tengah diperkirakan berdampak besar terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia. Anggota Komisi XI DPR RI, Bertu Merlas, memperingatkan pemerintah agar segera mengantisipasi lonjakan harga minyak dunia akibat konflik antara Amerika Serikat dan Iran.

imgsource: moeslemtoday.com
Menurut Bertu, salah satu ancaman serius adalah rencana Iran menutup Selat Hormuz—jalur vital pengiriman minyak dunia. “Kalau selat ini ditutup, akan ada gejolak ekonomi luar biasa. Indonesia pasti kena dampaknya,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Senin (23/6/2025).
Saat ini harga minyak dunia sudah tembus 80 dolar AS per barel, sementara anggaran subsidi BBM di APBN mencapai Rp26,7 triliun. Bertu menilai, lonjakan harga minyak akan menambah tekanan terhadap anggaran negara.
“Kenaikan harga minyak pasti menambah beban subsidi. Pemerintah harus segera siapkan langkah antisipatif agar dampak perang ini tidak memperparah perlambatan ekonomi nasional,” tegasnya.
Ia juga meminta kementerian dan lembaga terkait segera berkoordinasi untuk menyusun strategi mitigasi, sekaligus melindungi masyarakat, khususnya pelaku UMKM, dari dampak ekonomi lanjutan. “UMKM perlu diberi pelatihan agar tetap tangguh di tengah krisis seperti ini,” tambahnya.
Selat Hormuz Tutup, Harga Barang Bisa Meroket
Analis geopolitik Universitas Padjadjaran, Dina Sulaeman, menambahkan bahwa Selat Hormuz adalah jalur strategis distribusi energi dunia. Lebih dari 20 juta barel minyak per hari—sekitar 20% konsumsi global—melintasi selat tersebut.
“Kalau benar-benar ditutup, dampaknya akan besar. Harga minyak dan gas naik, dan efeknya akan menjalar ke harga barang di Indonesia,” ujar Dina saat dihubungi Kompas.com, Senin (23/6/2025).
Dina juga memperingatkan, lonjakan harga komoditas akan menekan daya beli masyarakat. Hal ini berisiko memperlambat laju pertumbuhan ekonomi nasional.
“Harga-harga naik, daya beli turun, dan perekonomian kita bisa makin sulit,” tutupnya.