Hiperinflasi melanda Sebagian negara maju seperti Amerika dan China. Penyebab terjadinya hal tersebut adalah keterbatasan pasokan bahan baku, tenaga kerja, plus krisis energi membuat biaya produksi membengkak. Di China misalnya, Indeks Harga Produsen (IHP) melonjak di angka 13,5% pada Oktober, naik jika dibandingkan dari Oktober tahun lalu (year on year/yoy), dan meningkat dari level 10,7% pada September lalu (Biro Statisik Cina).
“Pada bulan Oktober, kenaikan PPI meluas karena kombinasi faktor global yang diimpor dan ketatnya pasokan energi dan bahan baku domestik utama,” kata ahli statistik senior NBS Dong Lijuan dalam sebuah pernyataan yang dikutip AFP, Jumat (12/11/2021).
Adapun untuk Indeks Harga Konsumen (IHK) atau The Consumer Price Index, ukuran utama inflasi ritel, meningkat di level 1,5% secara tahunan.
Dong menyebut bahwa efek gabungan dari cuaca yang tidak biasa, ketidaksesuaian permintaan dan pasokan produk tertentu, serta kenaikan biaya modal menyebabkan terjadinya peningkatan inflasi ini.
Amerika dan dunia juga dilanda kekhawatiran karena hyperinfasi ini. Co-founder Twitter Jack Dorsey memprediksi dunia akan dilanda hiperinflasi. Hal ini seiring melonjaknya angka inflasi di Amerika Serikat (AS) ke level tertingginya dalam 30 tahun yang disebabkan naiknya harga komoditas energi global. Dia menyebut inflasi di Amerika akan semakin memburuk. “Hiperinflasi akan mengubah segalanya. Ini akan terjadi di AS dalam waktu dekat, kemudian dunia,” kata Dorsey melalui akun Twitternya, @jack, dikutip Senin (25/10).
Selengkapnya:
- https://www.cnbcindonesia.com/news/20211102122739-4-288387/covid-minggir-dulu-china-diancam-staglasi-amerika-juga
- https://www.cnbcindonesia.com/market/20211111191227-17-290905/inflasi-china-gila-gilaan-indonesia-bisa-kena-dampaknya
- https://www.cnbcindonesia.com/market/20211111200910-17-290908/efek-inflasi-tinggi-cenderung-pudar-dow-futures-naik-tipis