Banjarmasin, 3 Maret 2024, Di tengah tantangan global yang semakin kompleks, pendidikan tinggi di Indonesia menghadapi tuntutan untuk terus berinovasi. Sebagai salah satu “orang nomor satu” di Insan Doktor Ekonomi Indonesia (IDEI), Profesor Dr. Hary Soegiri, MBA., MSi, telah menghadirkan konsep revolusioner yang akan mengubah paradigma pendidikan tinggi di Indonesia. Dalam orasinya yang menginspirasi pada acara pengukuhan sebagai guru besar di STIE Pancasetia pada 2 maret kemarin, Prof. Soegiri dengan penuh semangat memperkenalkan Sistem 3 in1 Plus sebagai solusi untuk meningkatkan daya serap lulusan perguruan tinggi. Jadi Sistem Three-in-One Plus (3 in1 Plus) merupakan program inovatif yang menggabungkan pendidikan dan pelatihan, sertifikasi, dan penempatan kerja untuk meningkatkan daya saing lulusan perguruan tinggi di Indonesia.
“3in1 Plus adalah langkah maju yang kita butuhkan untuk meningkatkan kualitas lulusan kita,” tegas Prof. Hary Soegiri dengan keyakinan.
Dari hasil penelitian yang melibatkan alumni Pendidikan tinggi seluruh indonesia, Prof. Soegiri berhasil membuktikan bahwa programnya memiliki dampak positif yang signifikan. Tidak hanya secara langsung meningkatkan daya serap lulusan, tetapi juga melalui kepuasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).
Prof. Soegiri menegaskan pentingnya kerjasama antara perguruan tinggi dan industri dalam mempersiapkan lulusan untuk menghadapi pasar kerja yang semakin kompetitif. “Kolaborasi antara kedua belah pihak adalah kunci keberhasilan dari program 3 in1 Plus,” tambahnya.
Adapun yang menarik dari 3 in 1 plus ini yakni sesuai pernyataan Prof. Dr. Ir. Siti Nurbaya, M.Sc, nantinya sistem 3 in 1 plus ini akan menjadi pendongkrak tenaga kerja di IKN (Ibu Kota Nusantara).
Dengan ide-ide cemerlang Profesor Hary Soegiri dari IDEI, program 3 in1 Plus bukanlah sekadar sebuah wacana, tetapi juga sebuah langkah nyata menuju perubahan yang positif dalam dunia pendidikan tinggi Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi tidak hanya memerlukan inovasi kurikulum, tetapi juga sinergi antara akademisi dan dunia industri.
Foto Dokumentasi: