Bila berhendak membuka usaha hendaknya jangan sekadar berdasar kesukaan semata. Jangan berbisnis hanya karena ingin dan nyaman melakukannya, hanya nice to have saja, meskipun passion dapat menjadi salah syarat menjadi sukses. Masih ada sejumlah hal yang harus dipertimbangkan. Antara lain tentang siapa yang akan menjadi target pasar dan bagaimana karakteristiknya.
Nasihat untuk para perintis bisnis itu disampaikan Ir. Dwi Mayasari Tjahjono S.Pd, M.MPar, Dipl.Cidesco, Dipl.Cibtac, Dipl.IFA, COO Pacific International Beauty Group, dalam acara KUS, pada Sabtu (7/8).
Mayasari menegaskan, mengenal karakteristik calon pembeli sangatlah penting. Lalu dicontohkan kondisi demografi Provinsi Jawa Timur saat ini. Dari 40,67 juta penduduk, ternyata yang berusia delapan hingga 39 tahun sebanyak 50,12 persen. Ini bermakna struktur umur Jatim didominasi oleh generasi Z dan generasi milenial. Bila ditambah dengan generasi X (usia 40-55 tahun), maka jumlahnya menjadi 74,08%. Sebuah market yang sangat besar.
Kita tahu setiap generasi memiliki karakter yang berbeda dan unik. Tetapi secara umum gen X, milenial, dan gen Z memiliki satu kesamaan yang menonjol adalah kelekatannya pada dunia digital. Mereka setiap saat memegang gadget dan terkoneksi aktif dengan internet. Ibaratnya, saat tidurpun yang mereka peluk adalah smarphone.
“Itu berarti kalau kita berbisnis haruslah masuk ke dalam digitalisasi. Bila tidak dapat diakses secara online, bisnis kita pasti sulit hidup,” katanya.
Menurutnya wirausahawan harus pandai memanfaatkan semua saluran informasi daring. Gunakan dengan maksimal media sosial Instagram, Facebook, Twiter, What’sApp, hingga platform video Tiktok maupun Youtube untuk membranding dan menjual produk. Publikasikan dan viralkan apa-apa yang menjadi keunikan dan keunggulan produk kita di sana.
Itupun kita juga harus terus update perkembangan teknologi informasi. Andaikata dulu kita bersikukuh bertahan memakai Blackberry dan tidak mau pindah ke Android, otomatis kita kehilangan relasi, ruang promosi, dan peluang pasar.
Lebih jauh dijelaskan Mayasari, gen milenial dan gen Z menyukai hal-hal baru, gemar memburu pengalaman baru. Maka agar sukses, bisnis kita hendaklah berbasis pada inovasi. Produk yang kita tawarkan harus beda dan pas dengan minat mereka. Dulu bakso hanya berisi pentol bulat, sekarang ada bakso lopster dan banyak varian lainnya. Kini ada roti croissant yang dicetak dengan cetakan waffle sehingga jadilah kue baru croffle.
“Di bidang tata rias, sekarang sudah ada masker untuk pengantin, yang tidak merusak keindahan tata rias, malah menambah aksen aksesoris. Desainer Anne Avantie menciptakan baju APD (alat pelindung diri) cantik yang bisa dibuat jalan-jalan ke mal,” katanya. Jadi, simpulnya, ada dua kunci sukses bisnis di era disrupsi seperti sekarang ini yaitu: digitalisasi dan inovasi. (*)(Adm IDEI)