Surabaya, IDEI — Pasar keuangan Indonesia mengawali pekan (2/6/2025) dengan pergerakan yang diperkirakan masih fluktuatif. Setelah mencatatkan kinerja negatif pada pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai tukar rupiah, dan Surat Berharga Negara (SBN) masih dibayangi tekanan dari faktor global dan domestik.

IHSG tercatat ditutup melemah 0,32% ke level 7.175 pada Rabu (28/5), dengan nilai transaksi harian mencapai Rp23,05 triliun. Sebanyak 335 saham melemah, 245 saham menguat, dan 226 stagnan. Aktivitas perdagangan cukup intensif, tercermin dari 33,39 miliar saham yang berpindah tangan dalam lebih dari 1,2 juta transaksi.
Meski investor asing mencatatkan aliran dana masuk sebesar Rp1,37 triliun secara keseluruhan, pasar reguler mengalami net sell senilai Rp71,36 miliar, sementara pasar negosiasi dan tunai mencatat net buy sebesar Rp1,44 triliun.
Pelemahan sektor terjadi pada tujuh dari 11 sektor utama, dengan sektor consumer cyclicals mencatat penurunan terdalam sebesar 1,28%. Di sisi lain, sektor industrial menjadi penopang utama dengan kenaikan 1,47%, disusul sektor kesehatan dan transportasi.
Di pasar valuta asing, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 0,09% ke posisi Rp16.285 per dolar. Dalam sepekan, rupiah mengalami depresiasi sebesar 0,43%, membalikkan penguatan dua pekan sebelumnya.
Sementara itu, imbal hasil SBN tenor 10 tahun naik tipis 0,18% menjadi 6,83%, mengindikasikan adanya tekanan jual dari investor. Secara mingguan, yield SBN justru turun 0,03%, mencerminkan fluktuasi di tengah ketidakpastian arah pasar.
Dari sisi fundamental domestik, beberapa sentimen positif masih mendukung, seperti langkah Bank Indonesia yang lebih dulu menurunkan suku bunga, penyempitan defisit transaksi berjalan, serta stimulus fiskal lanjutan. Rupiah sempat menunjukkan penguatan cepat ke level Rp16.200/US$ sebelum kembali terkoreksi.
Di sisi global, investor mencermati dinamika perdagangan internasional, khususnya hubungan AS–China yang kembali memanas. Pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai pelanggaran kesepakatan dagang oleh China memicu ketegangan pasar. Rencana tambahan tarif dan ketidakpastian hukum di AS menambah kekhawatiran pelaku pasar terhadap prospek ekonomi global.
Dengan latar belakang tersebut, pelaku pasar dihadapkan pada tantangan untuk mengantisipasi fluktuasi yang tinggi dalam waktu dekat, baik di pasar saham, mata uang, maupun obligasi. Sikap hati-hati dan selektif menjadi kunci dalam menghadapi pekan perdagangan ini.
(Sunting ulang dengan AI)